Profil Desa Suren
Ketahui informasi secara rinci Desa Suren mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Suren di Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah, dikenal dengan potensi pertanian subur berkat irigasi Waduk Wadaslintang dan tradisi Sabanan yang khas. Berjarak 4 km dari Kutoarjo, desa ini memiliki luas 242,358 hektar dan populasi 3.776 jiwa. Fokus utama
-
Sentra Pertanian Strategis
Desa Suren memiliki lahan pertanian yang subur, ditopang oleh sistem irigasi dari Waduk Wadaslintang, menjadikan sektor pertanian sebagai tulang punggung ekonomi utama.
-
Pusat Tradisi Sabanan
Desa ini menjadi lokasi penyelenggaraan tradisi pasar malam Sabanan setiap pertengahan bulan Sya`ban, sebuah acara budaya yang juga berperan sebagai penggerak ekonomi lokal.
-
Lokasi Geografis dan Aksesibilitas
Terletak strategis di dataran rendah dekat pusat Kecamatan Kutoarjo, Desa Suren mudah dijangkau dengan beragam moda transportasi dan memiliki struktur dusun yang terorganisir.
Suren: Gerbang Kutoarjo dengan Sejarah Petani dan Potensi Pertanian SuburDesa Suren, yang terletak di Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, merupakan wilayah yang menyimpan sejarah dan potensi yang signifikan, terutama dalam sektor pertanian. Nama "Suren" sendiri konon berasal dari kata bahasa Jawa "ngaso" dan "leren," yang memiliki arti istirahat dan berhenti, merujuk pada kebiasaan para petani dan pedagang yang singgah di daerah ini. Desa ini berjarak kurang lebih empat kilometer dari pusat Kecamatan Kutoarjo dan sekitar 16 kilometer dari ibukota Kabupaten Purworejo. Letaknya yang berada di dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 15 meter di atas permukaan laut menjadikan wilayah ini dominan sebagai lahan persawahan basah dan pekarangan, ditopang oleh aliran irigasi dari Saluran Induk Wadaslintang Timur yang mengalirkan air dari Waduk Wadaslintang di Wonosobo. Dengan luas wilayah sekitar 242,358 hektare, Desa Suren memiliki jumlah penduduk 3.776 jiwa per tahun 2017, dengan kepadatan penduduk 1.558 jiwa per kilometer persegi.
Jejak Sejarah dan Kultur Lokal
Sejarah Desa Suren erat kaitannya dengan aktivitas pertanian yang telah berlangsung sejak lama. Nama desa ini merupakan cerminan dari peranannya sebagai tempat peristirahatan bagi para petani dan pedagang. Fakta ini tidak hanya menunjukkan letak geografisnya yang strategis, tetapi juga menggambarkan budaya dan cara hidup masyarakatnya yang sangat bergantung pada sektor agraris. Dalam catatan sejarah, Desa Suren juga dikenal dengan tradisi tahunannya yang khas, yaitu "Sabanan." Tradisi ini ialah sebuah pasar malam yang diselenggarakan setiap pertengahan bulan Sya`ban dalam kalender Hijriah. Kegiatan ini menarik pedagang dan pengunjung dari berbagai desa di sekitar Suren, termasuk dari pusat kota Kutoarjo, yang datang untuk menjajakan dan membeli berbagai jenis makanan serta barang dagangan lain.Menurut cerita rakyat setempat yang beredar dari mulut ke mulut, tradisi Sabanan telah ada sejak zaman kolonial Belanda. Konon, Belanda sengaja menciptakan keramaian di tengah desa agar warga tidak khusyuk dalam berdoa di bulan Sya`ban, sebuah bulan yang dipercaya doanya akan diijabah. Meskipun demikian, tradisi ini terus berkembang dan kini menjadi daya tarik budaya yang penting bagi Desa Suren dan sekitarnya. Hal ini menunjukkan ketahanan budaya masyarakat dalam melestarikan tradisi, sekaligus menjadi ajang silaturahmi dan penggerak ekonomi mikro bagi penduduk setempat.
Potensi Ekonomi dan Lingkungan
Sebagai wilayah yang didominasi oleh persawahan, potensi pertanian di Desa Suren sangat menonjol. Lahan yang subur dan didukung sistem irigasi yang baik dari Waduk Wadaslintang menjadi tulang punggung utama ekonomi desa. Sektor pertanian menjadi sumber pendapatan utama bagi sebagian besar penduduk, yang mayoritas berprofesi sebagai petani. Selain itu, potensi lain yang berkembang ialah sektor perdagangan dan UMKM. Tradisi Sabanan menjadi bukti nyata bagaimana kegiatan budaya dapat diintegrasikan dengan perekonomian lokal, menciptakan roda ekonomi yang berputar selama acara berlangsung.Keberlanjutan pertanian di Desa Suren menjadi kunci. Pemerintah desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) memiliki peran strategis dalam mengelola dan meningkatkan pendapatan asli desa dari sumber daya yang ada. Pengelolaan BUMDes yang efektif diharapkan dapat mengoptimalkan hasil pertanian, membuka pasar yang lebih luas dan menciptakan diversifikasi usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Selain itu, Desa Suren juga memiliki potensi dalam pengembangan sumber daya manusia. Dengan adanya tiga sekolah dasar, yakni SD Negeri Pandean, SD Negeri Suren, dan Madrasah Ibtidaiyah Imam Puro, pendidikan menjadi fondasi yang kuat bagi generasi muda. Namun berdasarkan data demografi, banyak pemuda-pemudi desa yang memilih merantau ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bekasi, dan Tangerang setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas. Fenomena ini menunjukkan adanya tantangan sekaligus peluang. Tantangannya ialah bagaimana menciptakan lapangan kerja lokal agar para pemuda tidak perlu meninggalkan kampung halaman, sementara peluangnya ialah para perantau dapat menjadi agen perubahan yang membawa pulang ilmu dan modal untuk mengembangkan desa.
Geografi dan Infrastruktur
Secara geografis, Desa Suren memiliki batas wilayah yang jelas. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Kelurahan Bayem dan Semawung Kembaran. Sementara itu, di sisi selatan berbatasan dengan Desa Kebondalem, Karangwuluh, dan Purwosari. Di sebelah timur, berbatasan dengan Desa Kuwurejo, Pringgowijayan, dan Kiyangkongrejo, sedangkan di sisi barat berbatasan dengan Desa Tepus Kulon.Aksesibilitas ke desa ini cukup baik. Desa Suren dapat dijangkau dari pusat Kecamatan Kutoarjo dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Angkutan umum yang melintasi desa ini ialah Angkudes Jalur 23 yang melayani rute Kutoarjo - Wareng - Sidomulyo pulang-pergi. Jika bepergian dari kota Purworejo, pengunjung dapat menggunakan angkot Jalur A kemudian dilanjutkan dengan Angkudes Jalur 23 dari terminal Kutoarjo.Desa Suren terdiri dari beberapa dusun, yang antara lain ialah Gayam, Krajan, Pandean, Karangkulon, Poncolan, dan Kendal. Pembagian wilayah ini menunjukkan struktur sosial dan administratif yang terorganisir dengan baik. Pembangunan infrastruktur di setiap dusun menjadi fokus pemerintah desa untuk memastikan pemerataan akses dan fasilitas bagi seluruh masyarakat.
Kesimpulan
Desa Suren merupakan contoh nyata dari sebuah desa di Purworejo yang menggabungkan warisan sejarah dengan potensi ekonomi yang kuat. Dengan identitas yang berakar pada kehidupan petani, desa ini tidak hanya mengandalkan sektor pertanian sebagai pilar utama, tetapi juga berhasil melestarikan tradisi budaya seperti Sabanan yang kini menjadi salah satu daya tarik utama. Sektor pertanian yang didukung oleh irigasi yang mumpuni menjanjikan masa depan yang cerah, asalkan dikelola dengan bijak melalui program-program yang berkelanjutan.Tantangan urbanisasi dan migrasi kaum muda ke kota-kota besar menjadi isu yang perlu ditangani dengan inovasi, seperti pengembangan BUMDes yang lebih proaktif dalam menciptakan peluang kerja. Dengan mengoptimalkan potensi pertanian, budaya, dan sumber daya manusia, Desa Suren dapat terus berkembang menjadi desa mandiri yang sejahtera, menjaga keseimbangan antara modernisasi dan kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun.
